Bahan bakar
fosil diklasifikasikan secara umum berdasarkan fasenya: padat, cair, dan
gas. Tiap-tiap bahan bakar, terbakar dengan cara yang unik, dan begitu
pula dengan kebutuhan penanganannya yang juga khusus. Dibutuhkan pula
alat-alat yang spesifik untuk mendapatkan campuran reaktan yang baik dan
mentransfer energi panas yang dihasilkan untuk mendapatkan proses
pembakaran yang efisien.
Bahan bakar
gas biasanya terbakar dengan cara premix atau difusi. Pembakaran premix
adalah api yang terbentuk pada saat oksigen bercampur dengan bahan bakar
sebelum api tersebut terbentuk di bagian ujungnya. Fenomena ini
ditandai dengan nyala api yang berwarna biru. Sedangkan pembakaran
difusi adalah api terbentuk karena pembauran yang sempurna antara bahan
bakar dengan oksigen.
Bahan bakar cair harus terlebih dahulu berubah fase menjadi uap dan ter-atomizingsebelum
bercampur dengan udara dan terbakar. Sedangkan pada pembakaran bahan
bakar padat dibutuhkan proses yang lebih kompleks. Bahan bakar terlebih
dahulu dihancurkan untuk mendapatkan area permukaan yang lebih luas, dan
harus mendapatkan pemanasan awal untuk bisa menguap sehingga lebih
mudah untuk terbakar. Sebagai tambahan, dibutuhkan ruang furnace yang lebih besar untuk memastikan proses pembakaran menyeluruh pada keseluruhan bahan bakar.
Gas Alam
Gas alam
telah menjadi sumber bahan bakar dan energi sejak lama. Sifatnya yang
bersih, terbakar sangat efisien, dan mudah dipindahtempatkan,
menjadikannya banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi manusia.
Pada pembangkit tenaga listrik, gas alam diproses melalui turbin gas dan
juga combine cycle.
Gas alam tersusun atas campuran metana (55% – 95), senyawa hidrokarbon kompleks, dan sedikit gas yang tidak mudah terbakar. Heating values dari gas alam berkisar di angka 950 – 1.100 btu/ft3 (35,4 – 41 MJ/m3).
Karena gas alam mudah bercampur dengan udara, maka pembakaran akan langsung terjadi pada saat temperatur ignition tercapai dan campuran bahan bakar tercampur sempurna.
Bahan Bakar Cair
Bahan bakar
fosil berfase cair didapatkan dari minyak bumi mentah. Minyak bumi yang
masih mentah akan mengalami proses lebih lanjut untuk memisahkannya
menjadi berbagai jenis minyak. Dari minyak mentah yang diolah akan
didapatkan LPG, bensin, solar, kerosin, avtur, dan beberapa jenis
lainnya. Tiap-tiap jenis minyak memiliki komposisi kimia, temperatur ignition, viskositas, dan flash point yang berbeda-beda. Flash point adalah temperatur terendah dari suatu material untuk dapat menguap dan selanjutnya terbakar di udara.
Minyak bumi
secara prinsip tersusun atas parafin, isoparafin, aromatik, naftan, dan
hidrokarbon-hidrokarbon lainnya. Minyak bumi juga dapat mengandung
polutan seperti vanadium dan nikel. Meskipun juga terdapat sedikit
residu dan ash (abu)
yang jumlahnya tidak lebih dari 0,5%, namun keduanya dapat mengganggu
dengan membentuk kerak dan mengurangi efisiensi perpindahan panas, Di
sinilah diperlukan adanya zat aditiv yang berfungsi untuk mengurangi
gangguan adanya pembentukan kerak.
Proses
pembakaran minyak bergantung pada proses pencampurannya dengan udara.
Ada pula jenis minyak bumi yang harus mengalami proses atomizing terlebih dahulu sebelum melalui proses pembakaran. Udara atau uap air dibutuhkan untuk proses atomizingtersebut,
sehingga didapatkan droplet yang sekecil-kecilnya dan didapatkan
campuran antara bahan bakar dengan udara yang sempurna.
Proses Pembakaran Batubara
Batubara
Batubara
merupakan bahan bakar padat yang melimpah ruah tersedia di bumi.
Batubara terbentuk secara alami dalam jangka waktu yang sangat lama yan
gberasal dari batang pohon, semak, dan bagian tumbuh0tumbuhan yang lain.
Waktu, diiringi dengan tekanan tinggi, panas, pengaruh kimiawi dan
bakteri-bakteri, menyebabkan tumbuhan-tumbuhan tadi membentuk batubara.
Batubara
bersifat heterogen. Tidak seperti gas alam dan minyak bumi yang dengan
mudah kita dapat menentukan komposisinya, komposisi batubara sangat
bergantung pada derajat metamorfosisnya, tipe tumbuhan yang terproses,
lokasi batubara tersebut, material-material yang ada di sekitarnya, dan
lain sebagainya.
Batubara
yang digunakan pada PLTU harus mengalami proses-proses khusus sesuai
dengan karakteristik dari batubara yang digunakan. Termasuk kualitasnya,
komposisinya, dan volatilitasnya. Karakteristik batubara juga
mempengaruhi desain penympanannya, perlakuan sebelum proses pembakaran,
penanganan limbah abunya, dan penanganan pembersihannya.
sumber : artikel-teknologi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar