Penjelasan lengkap tentang karakteristik Turbin Air - Cross Flow
Pemakaian jenis Turbin Cross-Flow
lebih menguntungkan dibanding dengan pengunaan kincir air maupun jenis
turbin mikro hidro lainnya...
Turbin Cross-Flow adalah salah satu turbin air dari jeis turbin aksi (impulse turbine).
Prinsip kerja turbin ini mula-mula ditemukan oleh seorang insinyur
Australia yang bernama A.G.M. Michell pada tahun 1903. Kemudian turbin
ini dikembangkan dan dipatenkan di Jerman Barat oleh Prof. Donat Banki
sehingga turbin ini diberi nama Turbin Banki kadang disebut juga Turbin Michell-Ossberger (Haimerl, L.A., 1960).
Pemakaian jenis Turbin Cross-Flow lebih
menguntungkan dibanding dengan pengunaan kincir air
maupun jenis turbin
mikro hidro lainnya. Penggunaan turbin ini untuk daya yang sama dapat
menghemat biaya pembuatan penggerak mula sampai 50 % dari penggunaan
kincir air dengan bahan yang sama. Penghematan ini dapat dicapai karena
ukuran Turbin Cross-Flow lebih kecil dan lebih kompak dibanding kincir
air. Diameter kincir air yakni roda jalan atau runnernya biasanya 2
meter ke atas, tetapi diameter Turbin Cross-Flow dapat dibuat hanya 20
cm saja sehingga bahan-bahan yang dibutuhkan jauh lebih sedikit, itulah
sebabnya bisa lebih murah. Demikian juga daya guna atau effisiensi
rata-rata turbin ini lebih tinggi dari pada daya guna kincir air. Hasil
pengujian laboratorium yang dilakukan oleh pabrik turbin Ossberger
Jerman Barat yang menyimpulkan bahwa daya guna kincir air dari jenis
yang paling unggul sekalipun hanya mencapai 70 % sedang effisiensi
turbin Cross-Flow mencapai 82 % ( Haimerl, L.A., 1960 ). Tingginya
effisiensi Turbin Cross-Flow ini akibat pemanfaatan energi air pada
turbin ini dilakukan dua kali, yang pertama energi tumbukan air pada
sudu-sudu pada saat air mulai masuk, dan yang kedua adalah daya dorong
air pada sudu-sudu saat air akan meninggalkan runner. Adanya kerja air
yang bertingkat ini ternyata memberikan keuntungan dalam hal
effektifitasnya yang tinggi dan kesederhanaan pada sistim pengeluaran
air dari runner.I. KLASIFIKASI TURBIN AIR
Dengan kemajuan ilmu Mekanika fluida dan
Hidrolika serta memperhatikan sumber energi air yang cukup banyak
tersedia di pedesaan akhirnya timbullah perencanaan-perencanaan turbin
yang divariasikan terhadap tinggi jatuh ( head ) dan debit air yang
tersedia. Dari itu maka masalah turbin air menjadi masalah yang menarik
dan menjadi objek penelitian untuk mencari sistim, bentuk dan ukuran
yang tepat dalam usaha mendapatkan effisiensi turbin yang maksimum.
Pada uraian berikut akan dijelaskan pengklasifikasian turbin air berdasarkan beberapa kriteria.
Pada uraian berikut akan dijelaskan pengklasifikasian turbin air berdasarkan beberapa kriteria.
1.1. Berdasarkan Model Aliran Air Masuk Runner.
Berdasaran model aliran air masuk runner, maka turbin air dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu
- Turbin Aliran Tangensial
- Turbin Aliran Aksial
- Turbin Aliran Aksial - Radial
Pada kelompok turbin ini posisi air
masuk runner dengan arah tangensial atau tegak lurus dengan poros
runner mengakibatkan runner berputar, contohnya Turbin Pelton dan
Turbin Cross-Flow.
Pada turbin ini air masuk runner dan
keluar runner sejajar dengan poros runner, Turbin Kaplan atau Propeller
adalah salah satu contoh dari tipe turbin ini.
Pada turbin ini air masuk ke dalam
runner secara radial dan keluar runner secara aksial sejajar
dengan poros. Turbin Francis adalah termasuk dari jenis turbin ini.
1.2. Berdasarkan Perubahan Momentum Fluida Kerjanya.
Dalam hal ini turbin air dapat dibagi atas dua tipe yaitu :
- Turbin Impuls.
- Turbin Reaksi.
Semua energi potensial air pada turbin
ini dirubah menjadi menjadi energi kinetis sebelum air masuk/ menyentuh
sudu-sudu runner oleh alat pengubah yang disebut nozel. Yang termasuk
jenis turbin ini antara lain : Turbin Pelton dan Turbin Cross-Flow.
Pada turbin reaksi, seluruh energi potensial dari air dirubah menjadi energi kinetis pada saat air melewati lengkungan sudu-sudu pengarah, dengan demikian putaran runner disebabkan oleh perubahan momentum oleh air. Yang termasuk jenis turbin reaksi diantaranya : Turbin Francis, Turbin Kaplan dan Turbin Propeller.
1.3. Berdasarkan Kecepatan Spesifik (ns)
Yang dimaksud dengan kecepatan spesifik
dari suatu turbin ialah kecepatan putaran runner yang dapat dihasilkan
daya effektif 1 BHP untuk setiap tinggi jatuh 1 meter atau dengan rumus
dapat ditulis ( Lal, Jagdish, 1975 ) :
ns = n . Ne 1/2 / Hefs5/4
Dimana :
ns = kecepatan spesifik turbin
n = Kecepatan putaran turbin ....... rpm
Hefs = tinggi jatuh effektif ...... m
Ne = daya turbin effektif ...... HP
n = Kecepatan putaran turbin ....... rpm
Hefs = tinggi jatuh effektif ...... m
Ne = daya turbin effektif ...... HP
Setiap turbin air memiliki nilai kecepatan spesifik masing-masing, tabel 1. menjelaskan batasan kecepatan spesifik untuk beberapa turbin kovensional ( Lal, Jagdish, 1975 )
1.4. Berdasarkan Head dan Debit.
Dalam hal ini pengoperasian turbin air disesuaikan dengan potensi head dan debit yang ada yaitu :
- Head yang rendah yaitu dibawah 40 meter tetapi debit air yang besar, maka Turbin Kaplan atau propeller cocok digunakan untuk kondisi seperti ini.
- Head yang sedang antara 30 sampai 200 meter dan debit relatif cukup, maka untuk kondisi seperti ini gunakanlah Turbin Francis atau Cross-Flow.
- Head yang tinggi yakni di atas 200 meter dan debit sedang, maka gunakanlah turbin impuls jenis Pelton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar